Puluhan Pelajar Jadi ‘Gila’ Habis Konsumsi Obat Terlarang, Duh Beginikah Nasib Generasi Muda Kita


Baru-baru ini di Kendari, Sulawesi Tenggara. Puluhan pelajar dirawat di rumah sakit karena diduga mengonsumsi narkoba mirip flakka. Rata-rata mereka memiliki kesamaan ciri-ciri fisik yaitu ada luka-luka di tubuhnya. 

Sebagian ada yang seperti menderita gangguan mental dan kejang-kejang, sebagian lagi bahkan sampai nggak sadarkan diri. Sedih sih, pelajar yang seharusnya berlomba-lomba mengukir prestasi, malah berlomba-lomba meracik obat-obatan terlarang.

Salah satu pelajar yang baru duduk di kelas 6 SD, sampai meregang nyawa. Semua itu hanya karena rasa penasaran ingin mencoba obat terlarang, Duh tragis banget.


Dilansir dari laman Metrotvnews, Murniati mengatakan Kendari saat ini benar-benar sedang darurat narkoba. Ia juga berujar sudah ada 1 korban meninggal akibat mengonsumsi obat terlarang yang diduga beredar dalam dua bentuk, yakni cair dan tablet. Ironisnya, korban meninggal itu masih duduk di bangku kelas 6 SD!

Berdasarkan beberapa laporan, dia mengonsumsinya dengan cara dicampur dengan minumannya. Bayangkan saja, nyawa bocah itu terenggut dalam sesaat hanya karena mencoba-coba mengonsumsi barang haram. Dokter pun menyatakan bahwa dia mengalami overdosis berat.

Sedangkan mereka yang lebih beruntung kini dalam perawatan RS di Kendari. Mirisnya, usianya pun beragam, dari siswa SD, SMP, hingga SMA


Saat ini berdasarkan keterangan Murniati seperti yang ditulis Viva, sejak Selasa (12/9) hingga Kamis (14/9) ini, jumlah korban sudah mencapai 50 orang. Beberapa dirawat di RS, tapi ada juga yang sudah dikembalikan ke orang tua mereka untuk dirawat di rumah. Karena gejalanya juga bisa sebabkan gangguan mental, ada juga yang sampai dirawat di RSJ.

Melihat begitu banyak kasus kriminal yang menjerat para pelajar di Indonesia saat ini, pengawasan orangtua kaum millenial ini agaknya juga perlu dipertanyakan.


Kemana para orang tua saat para pelajar ini ‘beraksi’? Apakah di era digital sekarang anak memang jadi semakin susah diatur? Mungkin bisa jadi. Media massa atau media sosial yang sifatnya masif saat ini sering menjadi faktor penyebab anak atau pelajar terpengaruh hal-hal buruk yang ada di dalamnya. Sedangkan di sisi lain, generasi orang tua tak begitu akrab dengan teknologi. Kesenjangan pun terjadi. Di sini bukan nggak mungkin para orang tua jadi tak tahu menahu soal apa yang dikonsumsi anak-anak mereka melalui media.

Mau dibawa kemana nasib bangsa ini, kalau generasi mudanya saja sudah salah jalur. Generasi muda yang seharusnya bisa jadi bibit-bibit produktif guna memajukan negara di masa depan, justru menghiasi masa-masa muda mereka dengan melakukan hal-hal tidak terpuji. 

Miris rasanya ketika melihat berita-berita soal penyalahgunaan narkoba, penyimpangan seksual, atau kriminalitas, yang justru dilakukan para remaja yang masih duduk di bangku sekolah. Mereka yang seharusnya sibuk menggali potensi diri dalam-dalam, malah jatuh di ‘lubang hitam’.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.